Ngarai Sianok.
Sepintas ada kemiripan dengan nama Raja Kamboja, Norodom Sihanouk. Nggak tahu apa hanya kemiripan atau ada hubungan sejarah, yang jelas Mata Kamera hanya bisa mengetahui bahwa Ngarai Sianok ini adalah lembah (jurang) yang sangat indah terletak di perbatasan Bukittinggi.
Mata Kamera hanya bisa membidik beberapa obyek dari pelataran yang biasa orang berfoto ria, jadi sulit untuk mendapatkan foto-foto unik hanya foto general yang bisa diperoleh, tapi nggak apa2 paling tidak bisa menjadi gambaran bagi rekan2 yang pengin mengunjungi Ngarai Sianok ini.
Seperti halnya tempat lain yang banyak memiliki pepohonan, di Ngarai Sianok ini juga banyak berkeliaran monyet yang sudah akrab dengan pengunjung seolah mereka mau menyambut Saudaranya yang datang ke rumah mereka.
Terletak di pusat kota Bukittinggi. Menara yang dibangun tahun 1926 setinggi 26 meter ini konon dibangun tanpa besi penyangga dan tanpa adukan semen, campurannya hanya kapur, putih telur dan pasir putih.
Selama di Buktitinggi Mata Kamera sempat dua kalii menyambangi jam gadang, yaitu diwaktu malam dan di waktu siang, sehingga Mata Kamera sempat membidik Jam Gadang di waktu malam dan di waktu siang.
Pemotretan Jam Gadang pada saat malam mempergunakan lensa Nikon DX 18-105mm dengan pengaturan speed 1/3 dan apperture 7.1 dan dibantu oleh tripod. Pada saat siang hari pemotretan mempergunakan lensa manual andalanku yaitu Nikon Kogaku 135 mm dan lensa merk Access 28 mm.
Tidak jauh dari Jam Gadang, terdapat tempat bersejarah yaitu Istana Bung Hatta, namun Mata Kamera tidak sempat blusukan ke lingkungan istana sehingga tidak memperoleh foto Istana Bapak Proklamator Republik Indonesia, hanya sempat membidik penjaga istana di depan papan nama yang terpasang di pinggir pagar istana.
Tari Minang
Selain memiliki keindahan alam, Ranah Minang juga kaya seni tari. Pertunjukan seni tari digelar di sebuah gedung pertunjukan di sekitar jam Gadang. Beruntung Mata Kamera bisa ikut meyaksikan pertunjukan tari yang sangat atraktif tapi penuh kelembutan, sperti tari piriang, silek, talempong pacik, tari bagurau, tari basamo dsb ..
Untuk membidik tarian yang atraktif ini, Mata Kamera mengandalkan Lensa Manual Nikkor Kogaku 135 mm dengan dibantu oleh fill in flash, perlu perjuangan dalam menentukan fokus, tapi cukup puas juga hasilnya.
Hampir semua tari yang ditampilkan memiliki gerakan yang enerjik, sehingga perlu ada trik-trik khusus bagaimana mendapatkan foto dengan fokus yang tepat.
Sedikit trik dari Mata Kamera : sebelum memotret perhatikan dengan cermat kapan saat penari berhenti sejenak (ini butuh kejelian), setelah diketahui setelah gerakan apa penari akan berhenti sejenak (hitungan detik) , amati terus gerakan penari dengan lensa yang siap bidik. setelah benar benar tepat saat berhenti klik tombol shutter ... door kena lu... Tapi kalau sulit... ganti aja dengan lensa auto fokus, beres...
Danau Maninjau
Kata Wikipedia, Danau Maninjau ini adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang , ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi 27 kilometer dari Lubuk Basung ibukota Kabupaten Agam.
Bila ditempuh dari Bukittinggi maka melewati jalan yang berkelok-kelok yang dikenal dengan sebutan kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Perjalanan Mata Kamera dimulai dari kelok 44 turun dan hanya sampai ke kelok 39 sehingga Mata Kamera hanya bisa "maninjau" saja Danau Maninjau dari atas bukit, sehingga hanya bisa membidik landscape dari kejauhan.
Wisata Belanja & Kuliner
Tempat menarik bagi yang gemar wisata belanja adalah toko yang menjual kerajinan sulam dan bordir, beragam motif sulan dan bordir tersedia terutama untuk pakaian wanita, sedangkan untuk laki-laki tersedia baju untuk sholat dengan bordir khas minang. Selain pakaian juga tersedia hasil kerajinan tangan yang lain seperti kain taplak meja, sandal kulit, maupun cinderamata khas minang.
Sedangkan untuk kuliner, masakan khas minang pada umumnya seperti yang banyak disediakan di Rumah Makan Padang dan Warung Sate Padang yang sudah banyak disediakan di berbagai daerah di luar Tanah Minang. Namun ada juga makanan khas yang sempat masuk ke perut yaitu kue bika (Talago mungkin karena tempat jualannya di pinggir Telaga) yaitu kue semacam wingko babat namun ada juga yang terbuat dari pisang.
Bagi yang gemar duren, perlu juga merasakan nikmatnya duren minang ...
Ada juga sebenarnya minuman yang perlu dicoba yaitu jus Pinang Mudo... katanya sih sangat berkhasiat, namun sayang sekali tidak sempat menikmati jus pinang mudo tersebut...
Perjalanan 3 hari sangat tidak cukup untuk bisa membidik semua obyek menarik di Ranah Minang, masih banyak obyek yang masih perlu didatangi, mudah-mudahan lain waktu Mata Kamera dapat berkunjung lagi di Ranah Minang dan dapat mengunjungi tempat tempat menarik yang belum sempat dikunjungi termasuk minum jus pinang mudo ...
Foto & Narasi by Nuryahya Tingkir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar