Perjalanan Mata
Kamera pada minggu ke dua bulan Maret ini mengunjungi Ramah Minang.
Beberapa obyek wisata sempat dikunjungi seperti Lembah Anai, Pusat Dokumentasi
dan Informasi Kebudayaan Minang , Desa Pandai Sikek, Danau Singkarak, Jam
Gadang, Lembah Harau, Istana Pagar Ruyung, Ngarai Sianok, Danau Maninjau dan
sempat juga membidik beberapa gerakan penari pada pertunjukan tarian kebudayaan
Minangkabau. Perjalanan dilakukan selama 3 hari 2 malam, cukup melelahkan
memang tetapi terobati dengan hasil tangkapan Mata Kamera yang lumayan
hasilnya.
Lembah Anai :
Lembah Anai
adalah obyek wisata air terjun yang terletak di pinggir jalan raya utama antara
Padang dengan Bukit Tinggi. Karena letaknya di kawasan cagar alam, maka
bukit-bukit sekitar lembah anai tersebut alamnya terjaga dengan baik. Kesejukan
di kawasan Lembah Anai tersebut sangat menyegarkan apalagi bila berada di
sekitar air terjun Lembah Anai. Keunikan air terjun ini terutama karena
letaknya di pinggir jalan raya dan juga karena letaknya di persimpangan antara
jalan raya dan rel kereta api bergigi yang melintasi jalan raya tersebut.
Keunikan lainnya yaitu apabila air terjun debitnya besar, maka airnya bisa
meluap ke jalan raya sehingga bisa memacetkan jalan raya Lintas Sumatera.
Beruntung Mata Kamera
dapat mengambil beberapa foto air terjun dan air yang mengalir diantara bebatuan
dengan speed lambat sehingga dapat mengabadikan kelambutan air terjun dan air
yang mengalir diantara bebatuan. Perlu perjuangan sedikit untuk bisa memperoleh
foto tersebut karena harus rela berbasah-basah dengan celana panjang (jenis
jean lagi) dan tertatih tatih diantara bebatuan yang licin.
Sedikit Tips :
kalau memang niat mampu mendapatkan spot air terjun yang bagus, maka persiapkan
dengan baik antara lain :
-
Persiapkan
peralatan untuk bisa memotret dengan speed lambat dan aperture sempit, seperti
tripod dan Filter ND.
-
Persiapkan
pakaian yang cocok untuk dipake ditempat yang berair, termasuk alas kaki yang
tidak licin (bila kondisinya aman, lebih baik tidak beralas kaki).
-
Persiapkan
penutup lensa dan kain lap karena kamera dan lensa pasti akan terkena percikan
air.
-
Persiapkan
waktu agar tidak tergesa-gesa pada saat melakukan pemotretan sehingga bisa
melakukan survey dengan baik untuk menentukan angle yang paling bagus.
Foto-foto yang
saya tampilkan ini adalah contoh pengambilan foto yang kurang persiapan,
sehingga hasilnya kurang memuaskan yang dikarenakan saat melakukan pemotretan
terganggu dengan kekhawatiran karena pakaian basah (padahal akhirnya basah juga
karena terpeleset) dan kondisi pijakan yang tidak stabil (licin) dan diperparah
dengan alas kaki yang kurang pas sehingga mengakibatkan tidak bisa
berkonsentrasi dengan baik pada saat pemotretan.
Pada saat perjalanan balik dari Bukittinggi ke Padang, Mata Kamera sempat melirik jembatan kereta api lama yang melintas jalan raya. Sopir bis menghentikan sejenak laju bis dan memberi kesempatan Mata Kamera untuk membidik 2 jembatan sbb :
Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minang
(PDKIM)
PDKIM adalah salah
satu museum di Sumatera Barat yang terletak di Kelurahan Silaing Bawah,
Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang. Museum ini berisikan
berbagai macam informasi dan koleksi mengenai kebudayaan Minangkabau baik
berupa dokumentasi audio maupun visual. Museum ini dapat diakses dari jalur
utama Padang – Bukittinggi , berjarak sekitar lebih kurang dua kilometer dari
pusat Kota Padang Panjang. (Wikipedia).
Mata Kamera
tertarik dengan arsitektur bangunan yang bercorak rumah adat Minangkabau (Rumah
Gadang), selain bentuknya yang unik juga ornamen ukiran yang setiap detailnya
mengandung makna.
Perburuan di
Rumah gadang dimulai dengan memotret bentuk Rumah Gadang secara utuh dari
kejauhan dan bagian-bagian (sudut) rumah gadang dari berbagai sisi. Pengambilan
foto-foto tersebut kami pikir adalah sudut pengambilan foto yang sdh banyak
dilakukan orang jadi pasti sudah foto sejuta umat..
Mata Kamera ingin
mendapatkan foto unik dengan mencoba melihat dari berbagai sudut terhadap Rumah
Gadang tersebut, akhirnya dapat juga ketika melihat kolam ikan kecil di depan Rumah
Gadang tersebut. Dari sudut tersebut Mata kamera melihat adanya refleksi dari Rumah
Gadang dan adanya ranting pohon didepan Mata Kamera yang dapat dimanfaatkan
sebagai framing. Tidak perlu berpikir lama kemudian kami persiapkan tripod dan
setting exposure untuk mendapatkan foto yang dapat mengekspose keindahan Rumah
Gadang, refleksi Rumah Gadang di kolam dan keindahan langit yang saat itu cukup
bagus (langit biru berawan). Namun sayangnya ada sedikit gangguan yaitu air
yang tidak tenang karena adanya gerakan ikan di kolam tersebut.
Seusai pemotretan
dari sisi kolam, Mata Kamera melanjutkan perburuan ke belakang Rumah Gadang dan
kedalam Rumah Gadang. Di belakang Rumah Gadang utama terdapat Rumah Gadang juga
yang terhubung dengan Rumah Gadang utama, akan tetapi Rumah Gadang ini
nampaknya lebih tua umurnya dari Rumah Gadang utama dan dindingnya pun terbuat
dari anyaman bambu. Mata Kamera tertarik mengambil foto Rumah Gadang ini,
karena dindingnya yang unik juga adanya landscape yang bagus di halamannya.
Suasana dari
dalam Rumah Gadang juga tidak kalah menarik, dari jendela bisa melihat
landscape di luar rumah gadang yang tertata rapi dan adanya background
pegunungan. Di dalam Rumah Gadang juga terdapat banyak tiang yang berjajar rapi
membentuk pola yang menarik, disamping juga adanya foto-foto dan pernik-pernik
khas minangkabau.
Danau Singkarak
Melengkapi
keindahan tanah Minang yang terkenal memiliki keindahan alam pegunungan, tanah
Minang juga dianugerahi beberapa danau dengan air yang jernih yag salah satunya
dikenal dengan nama Danau Singkarak. Danau Singkarak dengan air yang jernih dan
tenang memiliki daya tarik tersendiri, apalagi pada saat Mata Kamera tiba sekitar
pukul 10.30 WIB air danau begitu tenang dan langit berwarna biru dengan hiasan
kumpulan awan putih... sungguh menjadikan tidak sabar untuk segera membidik
segala penjuru keindahan danau tersebut..
Karena perjalanan
dengan boat hanya berkeliling di danau dan tidak berhenti di suatu tempat maka
Mata Kamera tidak mendapatkan bidikan yang menarik. Namun demikian sesampai di
daratan Mata Kamera tidak mau tinggal diam mencari sasaran menarik di ’pantai’
karena banyak wisatawan lokal yang mengisi waktu libur di tepi danau.
Istano Pagar Ruyung
Istano Pagarruyung terletak di Nagari Pagarruyung Kecamatan Tanjung Emas, sekitar 5 km dari Kota Batusangkar. Istano Pagarruyung merupakan replika dari bangunan Istano Rajo Alam Pagarruyung yang dibakar oleh Belanda pada tahun 1804 dan dibangun kembali pada tahun 1976. Namun pada tanggal 27 Februari 2007 Istano Pagarruyung tersebut mengalami kebakaran dan saat ini masih dalam proses pembangunan kembali (belum diresmikan).
Bangunan Istano Pagarruyung berbentuk rumah adat minang atau sering disebut dengan Rumah Gadang yaitu rumah yang berukuran besar dengan atap khas berbentuk tanduk kerbau yang melengkung ke atas.
Pada saat berkunjung ke Istano Pagarruyung ini sekitar pukul 12.40 WIB terjadi fenomena alam yang belum pernah Mata Kamera lihat sebelumnya yaitu matahari tertutup awan tipis membentuk lingkaran yang pinggirnya dihiasi warna warni pelangi ... subahanaallah... di saat tengah hari para wisatawan sedang mengagumi keindahan Istano Pagarruyung, Allah subhanahu wata'ala juga memperlihatkan kebesaranNya seolah mengingatkan bahwa ciptaan manusia itu tidak sebanding dengan keindahan dan kebesaran Allah subahanahu wata'ala... Allahu Akbar... Allahu Akbar.. Allahu Akbar wa lillahil hamdu...
Dalam perjalanan setelah mengunjungi Istano Pagarruyung, Mata Kamera sempat mendapatkan foto prasasti Adityawarman. Prasasti Adityawarman adalah salah satu peninggalan bersejarah yang
dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Cagar budaya tersebut terletak di
pinggir jalan lintas Batusangkar-Sumatera Barat; yang tidak begitu jauh
dari Istana Pagaruyung.
Lembah Harau
Lembah Harau adalah adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di Kabupaten Limapuluh Koto , propinsi Sumatera Barat .
Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai
150 meter. Lembah Harau .dilingkungi batu pasir yang terjal
berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar
Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan
laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah
Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang (Wikipedia).
Sungguh sangat disayangkan beberapa menit Mata Kamera tiba di lembah Harau turun hujan lebat, sehingga keindahan lembah Harau tidak banyak yang bisa dibidik oleh Mata Kamera... Sepertinya suatu saat nanti harus ada kunjungan ulang ke lembah ini dan syukur syukur bisa menikmati kesegaran air terjun lembah Harau ini.
Bersambung ... Ranah Minang (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar