Sabtu, 30 Maret 2013

Maret 2013 : Guha Pawon, Padalarang.



Guha Pawon (Gua Pawon), terletak di kawasan Desa Gunung Masigit di wilayah kecamatan Cipatat, Padalarang Jawa Barat. Akses jalan masuk menuju Guha Pawon ini sudah bagus karena sudah dibangun jalan beton mulai dari jalan raya Padalarang – Cianjur sampai menuju pelataran parkir yang tidak jauh dari pintu masuk Guha, sehingga mobil Livina yang sebenarnya tidak layak untuk petualangan hunting pun tanpa menemui kendala bisa mengantar Mata Kamera sampai di pelataran parkir.

Meskipun akses jalan menuju tempat parkir sudah mulus, namun jalan dari tempat parkir menuju mulut Guha belum ada jalan khusus, mungkin ini sengaja tidak dibangun agar tidak menghilangkan kesan keunikan Guha Pawon ini. Pengunjung harus berhati-hati melewati jalan menuju ke Guha ini, karena harus melewati jalan berbatu yang tidak disusun sebagaimana layaknya sebuah jalan, namun untungnya jalan berbatu tersebut hanya beberapa meter jadi tidak begitu menyusahkan para pengunjung.

Tidak seperti Guha-Guha yang pernah Mata Kamera kunjungi, mulut Guha ini tidak memperlihatkan lorong yang lebar sebagai pintu masuk ke Guha, namun pintu Guha ini tidak begitu lebar yaitu sebuah lorong selebar kira-kira 1 meter,  kira-kira 20 meter dari pintu masuk pertama Mata Kamera harus masuk ke lobang dengan posisi menunduk, setelah keluar dari lobang tersebut,
Mata Kamera baru melihat pemandangan yang lain yaitu sebuah rongga (perut Guha) namun cukup terang karena langsung menghadap ke alam bebas yang hijau dengan latar belakang bukit-bukit kapur yang sudah tidak utuh. Jangan heran, kalau di “perut Guha” ini mencium aroma yang unik karena di “ perut Guha” ini banyak penghuni yang tidak jelas wujudnya berseliweran di perut Guha tersebut.

Pemandangan dari pelataran “perut Guha” ini cukup menarik, maka tidak perlu pikir lama lagi Mata Kamera 18-105 yang tertancap di body Nikon 7000 membidik beberapa spot menarik tentang ornament Guha Pawon maupun pemandangan alam yang bisa dilihat dari pelataran Guha.


Perjalanan dilanjutkan ke arah dalam “perut Guha”, tetapi sebelum ke dalam Mata Kamera mencoba mengambil gambar dengan obyek alam pegunungan di luar Guha dengan frame mulut Guha, fill in flash coba diaktifkan dg harapan bisa menangkap ornament mulut Guha tetapi sinar dari luar terlalu kuat sehingga fill in flash tidak ada manfaatnya. Namun dengan bentuk mulut Guha yang unik, dan color tone pemandangan alam di luar bisa dipertahankan maka menjadi foto yang menarik (menurut saya).

Perjalanan di dalam “perut Guha” ini, harus sangat hati-hati karena Guha ini masih alami dan belum tersentuh proyek DPU, jalan tanah yang licin, harus menunduk  dan nanjak lagi. Untuk ibu hamil dan ibu menyusui serta bapak/ibu dengan asam urat tinggi sebaiknya jangan ikut dalam ekspedisi ini karena pasti akan merepotkan temennya.

Setelah melewati “jalan” yang merepotkan, sampailah ke pintu Guha yang lain, ada 3 pintu namun ada 1 pintu yang tertutup pintu jeruji besi sepertinya untuk mengamankan tulang tengkorak yang masih menempel pada bongkahan batu karang (sayang sekali Mata Kamera nggak mengambil obyek tersebut).

Dari pelataran pintu Guha ini, Mata Kamera dapat menangkap beberapa obyek menarik, yaitu tebing tegak warna kuning kemerahan, pintu Guha yang lain yang langsung menghadap ke persawahan, dan juga ada patung tanpa kepala bertengger di salah satu lobang dinding Guha.

Beberapa foto yang sempat dibidik Mata Kamera dari dalam Guha Pawon :





















Masih banyak pemandangan yang menarik di kawasan pegunungan kapur di Padalarang ini, antara lain Taman Batu dan Situ (Danau) Ciburui yang sempat Mata Kamera kunjungi... Hasil Tangkapan Mata Kamera akan diceritakan pada entrian selanjutnya.

Catatan untuk Fotografi dan Perjalanan :
1. Jangan lupa tripod karena untuk membidik obyek di ruangan gelap (minim cahaya) dan landscape akan lebih banyak main di slow speed dengan apperture sempit.
2. Sebaiknya persiapkan flash external apabila ingin mengabadikan ornamen dinding gua.
3. Persiapkan alas kaki yang tidak licin dengan telapak kaki yang tidak terlalu keras agar bisa flexible dalam perjalanan yang berbatu.
4. Tidak perlu membawa pylox, spidol dan sejenisnya agar tidak mendorong kita untuk mencoret-coret dinding karena dinding asli pasti lebih indah dari pada corat coret anda.

Foto & narasi by Nuryahya Tingkir

Minggu, 24 Maret 2013

Maret 2013 : Ranah Minang nan Elok (2)

Ranah Minang memang kaya dengan keindahan alam dan memiliki beragam obyek wisata ciptaan yang Maha Indah maupun ciptaan manusia yang bernilai sejarah. Melanjutkan cerita Ranah Minang nan Elok (1) pada kesempatan ini akan diekspos beberapa obyek wisata yang sempat dibidik oleh Mata Kamera.

Ngarai Sianok.

Sepintas ada kemiripan dengan nama Raja Kamboja, Norodom Sihanouk. Nggak tahu apa hanya kemiripan atau ada hubungan sejarah, yang jelas Mata Kamera hanya bisa mengetahui bahwa Ngarai Sianok ini adalah lembah (jurang) yang sangat indah terletak di perbatasan Bukittinggi.

Mata Kamera hanya bisa membidik beberapa obyek dari pelataran yang biasa orang berfoto ria, jadi sulit untuk mendapatkan foto-foto unik hanya foto general yang bisa diperoleh, tapi nggak apa2 paling tidak bisa menjadi gambaran bagi rekan2 yang pengin mengunjungi Ngarai Sianok ini.














Seperti halnya tempat lain yang banyak memiliki pepohonan, di Ngarai Sianok ini juga banyak berkeliaran monyet yang sudah akrab dengan pengunjung seolah mereka mau menyambut Saudaranya yang datang ke rumah mereka.

Jam Gadang
Terletak di pusat kota Bukittinggi. Menara yang dibangun tahun 1926 setinggi 26 meter ini konon dibangun tanpa besi penyangga dan tanpa adukan semen, campurannya hanya kapur, putih telur dan pasir putih.

Selama di Buktitinggi Mata Kamera sempat dua kalii menyambangi jam gadang, yaitu diwaktu malam dan di waktu siang, sehingga Mata Kamera sempat membidik Jam Gadang di waktu malam dan di waktu siang.




Pemotretan Jam Gadang pada saat malam mempergunakan lensa Nikon DX 18-105mm dengan pengaturan speed 1/3 dan apperture 7.1 dan dibantu oleh tripod.  Pada saat siang hari pemotretan mempergunakan lensa manual andalanku yaitu Nikon Kogaku 135 mm dan lensa merk Access 28 mm.

Tidak jauh dari Jam Gadang, terdapat tempat bersejarah yaitu Istana Bung Hatta, namun Mata Kamera tidak sempat blusukan ke lingkungan istana sehingga tidak memperoleh foto Istana Bapak Proklamator Republik Indonesia, hanya sempat membidik penjaga istana di depan papan nama yang terpasang di pinggir pagar istana.

Tari Minang

Selain memiliki keindahan alam, Ranah Minang juga kaya seni tari. Pertunjukan seni tari digelar di sebuah gedung pertunjukan di sekitar jam Gadang. Beruntung Mata Kamera bisa ikut meyaksikan pertunjukan tari yang sangat atraktif tapi penuh kelembutan, sperti tari piriang, silek, talempong pacik, tari bagurau, tari basamo dsb ..







Untuk membidik tarian yang atraktif ini, Mata Kamera mengandalkan Lensa Manual Nikkor Kogaku 135 mm dengan dibantu oleh fill in flash, perlu perjuangan dalam menentukan fokus, tapi cukup puas juga hasilnya.










Hampir semua tari yang ditampilkan memiliki gerakan yang enerjik, sehingga perlu ada trik-trik khusus bagaimana mendapatkan foto dengan fokus yang tepat.

Sedikit trik dari Mata Kamera : sebelum memotret perhatikan dengan cermat kapan saat penari berhenti sejenak (ini butuh kejelian), setelah diketahui setelah gerakan apa penari akan berhenti sejenak (hitungan detik) , amati terus gerakan penari dengan lensa yang siap bidik. setelah benar benar tepat saat berhenti klik tombol shutter ... door kena lu... Tapi kalau sulit... ganti aja dengan lensa auto fokus, beres...

Danau Maninjau

Kata Wikipedia, Danau Maninjau ini adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam,   Provinsi Sumatera Barat Indonesia.  Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang , ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi  27 kilometer dari Lubuk Basung  ibukota Kabupaten Agam.

Bila ditempuh dari Bukittinggi maka melewati jalan yang berkelok-kelok yang dikenal dengan sebutan kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.

Perjalanan Mata Kamera dimulai dari kelok 44 turun dan hanya sampai ke kelok 39 sehingga Mata Kamera hanya bisa "maninjau" saja Danau Maninjau dari atas bukit, sehingga hanya bisa membidik landscape dari kejauhan.






















Wisata Belanja & Kuliner

Tempat menarik bagi yang gemar wisata belanja adalah toko yang menjual kerajinan sulam dan bordir, beragam motif sulan dan bordir tersedia terutama untuk pakaian wanita, sedangkan untuk laki-laki tersedia baju untuk sholat dengan bordir khas minang. Selain pakaian juga tersedia hasil kerajinan tangan yang lain seperti kain taplak meja, sandal kulit, maupun cinderamata khas minang.





 Sedangkan untuk kuliner, masakan khas minang pada umumnya seperti yang banyak disediakan di Rumah Makan Padang dan Warung Sate Padang yang sudah banyak disediakan di berbagai daerah di luar Tanah Minang. Namun ada juga makanan khas yang sempat masuk ke perut yaitu kue bika  (Talago mungkin karena tempat jualannya di pinggir Telaga) yaitu kue semacam wingko babat namun ada juga yang terbuat dari pisang.

Bagi yang gemar duren, perlu juga merasakan nikmatnya duren minang ...





Ada juga sebenarnya minuman yang perlu dicoba yaitu jus Pinang Mudo... katanya sih sangat berkhasiat, namun sayang sekali tidak sempat menikmati jus pinang mudo tersebut...

Perjalanan 3 hari sangat tidak cukup untuk bisa membidik semua obyek menarik di Ranah Minang, masih banyak obyek yang masih perlu didatangi, mudah-mudahan lain waktu Mata Kamera dapat berkunjung lagi di Ranah Minang dan dapat mengunjungi tempat tempat menarik yang belum sempat dikunjungi termasuk minum jus pinang mudo ...

Foto & Narasi by Nuryahya Tingkir



Kamis, 21 Maret 2013

Maret 2013 : Batu, Malang

Alhamdulillah pada pertengahan bulan Maret ini, Mata Kamera diberikan kesempatan untuk mencari mangsa di pegunungan wilayah Batu, Malang. Memanfaatkan waktu-waktu luang yaitu pada pagi hari sehabis sholat subuh, Mata Kamera mencari obyek-obyek yang indah saat matahari terbit di sekitar Kusuma Agrowisata hotel tempat kami menginap. Kusuma Agrowisata berlokasi di kaki pegunungan Panderman dan sangat dekat dengan Gunung Arjuna sehingga memiliki view yang sangat indah apalagi di pagi hari.
 Gunung Arjuna 
Gunung Arjuna

Gunung Arjuna di pagi hari diselimuti awan dan disinari matahari menjelang terbit memberikan pemandangan yang sangat indah. Tidak menyia-nyiakan kesempatan dari jendela kamar Mata Kamera langsung membidik suasana indah tersebut dengan body kamera ditempelkan di jendela untuk menghindari goyangan pada saat framming karena menggunakan kecepatan yang cukup lambat. Alhamdulillah dengan segala keterbatasan dapat juga moment yang luar biasa tersebut. 
Pada sudut lain setelah matahari hampir muncul, berhasil juga Mata Kamera membidik langit merah kekuningan dengan latar depan masjid ... subhanallah begitu indah lukisan Allah SWT... tidak sia-sia perburuanku pagi ini...

Setelah mendapat moment matahari terbit, Mata Kamera mencoba melihat ke arah barat, subhanallah sinar matahari sudah menyinari gunung Panderman yang puncaknya tertutup awan, tidak pikir lama Mata Kamera langsung membidik moment tersebut dengan  speed1/4 dan apperture f.16.


Landscape Kusuma Agrowisata dengan contour tanah yang naik turun menjadi pemandangan yang tidak membosankan karena tertata dan terpelihara dengan baik, apalagi tersedia fasiltas kolam renang dan restoran dengan view ke Gunung Arjuna.. wah cukup menyejukkan mata.






 Komplek Kusuma Agrowisata juga memiliki berbagai fasilitas wisata Agro antara lain kebun apel, kebun jeruk, kebun jambu. kebun strawberry dsb...
















Suasana malam juga terlihat asri karena bisa melihat kecerahan Kota Batu dari pegunungan, lampu-lampu yang tersebar di kota Batu terlihat bagaikan bintang-bintang namun dengan latar belakang Gunung Arjuna.


Beberapa foto suasana pagi hari  yang sempat diabadikan oleh Mata Kamera sebagai berikut  :











Setelah matahari meninggi, Mata Kamera masih bisa melakukan eksplorasi keindahan ciptaan Allah subhanahu wata'ala dengan membidik serangga, bunga, embun pagi dan apasaja yang menarik di Mata Kamera.





Dengan memperhatikan dengan detail melalui Mata Kamera terhadap ciptaan Allah Subhanahu Wata'ala baik yang besar seperti gunung dan matahari maupun mahluk-mahluk kecil seperti serangga dan bunga bisa menambah keyakinan kita akan kebesaran Allah Subahanhu wata'ala sang pencipta gunung dan serangga yang berwarna indah.... Subhanallah... Allahu Akbar.

Foto & Narasi by Nuryahya Tingkir