Guha Pawon (Gua Pawon), terletak di kawasan Desa Gunung Masigit
di wilayah kecamatan Cipatat, Padalarang Jawa Barat. Akses jalan masuk menuju
Guha Pawon ini sudah bagus karena sudah dibangun jalan beton mulai dari jalan
raya Padalarang – Cianjur sampai menuju pelataran parkir yang tidak jauh dari
pintu masuk Guha, sehingga mobil Livina yang sebenarnya tidak layak untuk
petualangan hunting pun tanpa menemui kendala bisa mengantar Mata Kamera sampai
di pelataran parkir.
Meskipun akses jalan menuju tempat parkir sudah mulus, namun
jalan dari tempat parkir menuju mulut Guha belum ada jalan khusus, mungkin ini
sengaja tidak dibangun agar tidak menghilangkan kesan keunikan Guha Pawon ini.
Pengunjung harus berhati-hati melewati jalan menuju ke Guha ini, karena harus
melewati jalan berbatu yang tidak disusun sebagaimana layaknya sebuah jalan,
namun untungnya jalan berbatu tersebut hanya beberapa meter jadi tidak begitu
menyusahkan para pengunjung.
Tidak seperti Guha-Guha yang pernah Mata Kamera kunjungi,
mulut Guha ini tidak memperlihatkan lorong yang lebar sebagai pintu masuk ke Guha,
namun pintu Guha ini tidak begitu lebar yaitu sebuah lorong selebar kira-kira 1
meter, kira-kira 20 meter dari pintu
masuk pertama Mata Kamera harus masuk ke lobang dengan posisi menunduk, setelah
keluar dari lobang tersebut,
Mata Kamera baru melihat pemandangan yang lain
yaitu sebuah rongga (perut Guha) namun cukup terang karena langsung menghadap
ke alam bebas yang hijau dengan latar belakang bukit-bukit kapur yang sudah
tidak utuh. Jangan heran, kalau di “perut Guha” ini mencium aroma yang unik
karena di “ perut Guha” ini banyak penghuni yang tidak jelas wujudnya
berseliweran di perut Guha tersebut.
Pemandangan dari pelataran “perut Guha” ini cukup menarik,
maka tidak perlu pikir lama lagi Mata Kamera 18-105 yang tertancap di body
Nikon 7000 membidik beberapa spot menarik tentang ornament Guha Pawon maupun
pemandangan alam yang bisa dilihat dari pelataran Guha.
Perjalanan dilanjutkan ke arah dalam “perut Guha”, tetapi
sebelum ke dalam Mata Kamera mencoba mengambil gambar dengan obyek alam
pegunungan di luar Guha dengan frame mulut Guha, fill in flash coba diaktifkan
dg harapan bisa menangkap ornament mulut Guha tetapi sinar dari luar terlalu
kuat sehingga fill in flash tidak ada manfaatnya. Namun dengan bentuk mulut Guha
yang unik, dan color tone pemandangan alam di luar bisa dipertahankan maka menjadi
foto yang menarik (menurut saya).
Perjalanan di dalam “perut Guha” ini, harus sangat hati-hati
karena Guha ini masih alami dan belum tersentuh proyek DPU, jalan tanah yang
licin, harus menunduk dan nanjak lagi. Untuk
ibu hamil dan ibu menyusui serta bapak/ibu dengan asam urat tinggi sebaiknya
jangan ikut dalam ekspedisi ini karena pasti akan merepotkan temennya.
Setelah melewati “jalan” yang merepotkan, sampailah ke pintu
Guha yang lain, ada 3 pintu namun ada 1 pintu yang tertutup pintu jeruji besi
sepertinya untuk mengamankan tulang tengkorak yang masih menempel pada
bongkahan batu karang (sayang sekali Mata Kamera nggak mengambil obyek
tersebut).
Dari pelataran pintu Guha ini, Mata Kamera dapat menangkap
beberapa obyek menarik, yaitu tebing tegak warna kuning kemerahan, pintu Guha
yang lain yang langsung menghadap ke persawahan, dan juga ada patung tanpa
kepala bertengger di salah satu lobang dinding Guha.
Beberapa foto yang sempat dibidik Mata Kamera dari dalam Guha
Pawon :
Masih banyak pemandangan yang menarik di kawasan pegunungan kapur di Padalarang ini, antara lain Taman Batu dan Situ (Danau) Ciburui yang sempat Mata Kamera kunjungi... Hasil Tangkapan Mata Kamera akan diceritakan pada entrian selanjutnya.
Catatan untuk Fotografi dan Perjalanan :
1. Jangan lupa tripod karena untuk membidik obyek di ruangan gelap (minim cahaya) dan landscape akan lebih banyak main di slow speed dengan apperture sempit.
2. Sebaiknya persiapkan flash external apabila ingin mengabadikan ornamen dinding gua.
3. Persiapkan alas kaki yang tidak licin dengan telapak kaki yang tidak terlalu keras agar bisa flexible dalam perjalanan yang berbatu.
4. Tidak perlu membawa pylox, spidol dan sejenisnya agar tidak mendorong kita untuk mencoret-coret dinding karena dinding asli pasti lebih indah dari pada corat coret anda.
Foto & narasi by Nuryahya Tingkir