Cuaca yang tidak cerah pada week
end ini menjadikan Mata Kamera tidak semangat untuk berkelana mencari
obyek-obyek yang menarik. Namun
demikian saat matahari sedikit
bersinar di hari Minggu pagi memberikan sebersit harapan akan ada obyek yang
menarik yaitu munculnya sinar matahari yang menembus diantara pepohonan (ROL=Ray of Light) dan embun pagi
di pucuk-pucuk daun yang pasti
menjadi sasaran yang sangat menarik. Kutancapkan lensa 28 mm f2.8 yang bisa
makro pada body Nikon D7000 untuk menangkap obyek yang sudah kubayangkan dan
untuk persiapan menangkap obyek jarak jauh yang mungkin ditemui pada saat perjalanan maka kupersiapkan juga
lensa Nikon 70 - 300 mm. Perlengkapan fotografi sudah siap, selanjutnya
mempersiapkan tunggangan yang biasa menemani Mata Kamera menyusuri obyek-obyek
menarik yaitu Marin Mountin Bike.
Sekitar pukul 09.00 acara dimulai, para pemilik domba mula-mula datang
melaporkan ke Panitia untuk mendaftarkan dombanya kemudian mendapatkan nomor.
Selanjutnya panitia mengumumkan siapa yang akan menjadi juri dan wasit. Sekitar
lebih dari 50 domba yang akan berlaga di gelanggang, domba-domba yang sangat terawat terlihat gagah dengan asesori
kalung yang menggantung di lehernya. Tidak mau kalah gagahnya dengan sang domba, para pemiliknya juga
mengenakan pakaian warna hitam dengan ikat kepala khas sunda atau memakai topi
khas cowboy.
Pertandingan adu domba dimulai,
panitia memanggil dua nama domba yang akan bertanding, nama domba itupun
gagah-gagah juga seperti halilintar, petir, geledek, bintang dsb. Suara musik khas sunda mulai terdengar
mengiringi pertandingan adu domba, dua kepala domba mulai beradu menimbulkan
suara yang tidak enak didengar bagaikan dua tempurung kelapa diadu , seperti tidak merasakan sakit setelah
berbenturan kedua domba mengambil ancang-ancang yang semakin jauh, lari
sekencangnya setelah dekat dengan lawan masing-masing domba seperti melompat
untuk beradu kepala suara tidak enak kembali terdengar… begitu seterusnya
sampai beberapa puluh kali. Para penonton
dewasa maupun anak-anak sepertinya sudah terbiasa dengan suara tidak enak
tersebut, beberapa anak kecil dan anak-anak remaja bahkan menari-nari mengikuti
irama kendang dan seruling yang terus berkumandang selama adu domba
berlangsung.
Sekilas adu domba ini terlihat
sadis, tapi adu domba ini tetap berlangsung bahkan mendapatkan izin dan menjadi
komoditas wisata di Jawa Barat. Ceunah (katanya) dengan melestarikan
tradisi adu domba ini maka dapat mendorong semangat untuk beternak domba
karena domba-domba yang telah memperoleh titel juara pasti memiliki harga yang
sangat mahal sehingga para peternak saling berlomba untuk memelihara dombanya
dengan serius.
Terus terang sebenarnya saya
nggak terlalu kuat untuk menatap domba beradu melalui Mata Kamera, karena seperti pengalaman sebelumnya waktu
pertama kali nonton adu domba sepertinya sakit kepalanya domba berpindah ke
kepala saya sehingga di arena tersebut Mata Kamera nggak selalu mengarah ke
domba yang bertanding tetapi sering Mata Kamera menatap tingkah laku anak-anak yang ikut menonton
adu domba tersebut atau menatap para pemilik domba yang memperhatikan dengan serius domba-domba yang sedang beradu keras kepala.
Pertandingan adu domba ini
sepertinya sangat digemari masyarakat, hal ini terlihat dengan banyaknya penonton yang datang dan jumlah domba-domba yang dihadirkan dari berbagai penjuru di Jawa Barat untuk
ikut berlaga di gelanggang tersebut.
Sekitar pukul 10.30 Mata Kamera
mengakhiri petualangannya, namun sebelum bener-bener masuk ke dalam tas Mata
Kamera masih sempat menatap dan membidik bapak penjual wayang golek yang sedang menikmati
gorengan…
Catatan :
1.
Untuk mengabadikan obyek bergerak seperti adu domba
ini, dipergunakan lensa zoom 70 -300 dengan speed diatas 1/70 bahkan 1/300.
untuk mendapat speed tersebut dengan cuaca yang tidak begitu cerah maka harus menggunakan ISO di atas 500.
2.
Selain menggunakan lensa zoom, saya pergunakan juga
lensa fix 28 mm dengan apperture f 8 atau f.11 untuk membidik arena
yang luas dan diafragma 2.8
untuk membidik focus tertentu..
3.
Agak sedikit
kecewa, karena lensa kogaku tidak ikut hadir, padahal pada acara semacam itu
banyak wajah-wajah menarik (wajah domba, wajah penjual gorengan, wajah
penonton, dll ) yang dapat ditangkap dengan detail oleh Mata Kamera.
Hikmah :
Kebahagiaan pemilik domba karena domba andalannya
juara, tidak menjadikan sang domba juga ikut bahagia.... kalau bahagia pasti
sang domba juga ikut tertawa dan menari nari...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar