Rabu, 28 Agustus 2013

Cerita Sekitar Perjalanan Mudik



Perjalanan mudik tanpa disertai dengan kemacetan, bagi sekelompok orang mungkin dirasa hambar, tidak menantang dan tidak ada istimewanya. Memang benar,  beberapa kali merasakan mudik pada saat puncak mudik sangat terasa sekali “istimewanya” mudik,  mengendalikan kemudi jarak jauh, jalan macet, simpang siur kendaraan bermotor terutama kendaraan roda dua yang berjalan tidak teratur kadang  di sisi kiri jalan kadang di sisi kanan jalan, panas terik yang tidak mampu diatasi dinginnya AC mobil,  pantulan sinar matahari dari kaca mobil lain, dan sebagainya tentu menjadi pengalaman yang menarik pada saat mudik yang terjadi sekali setiap tahun.

Pengalaman yang “istimewa”  tersebut  tentu menjadi bahan cerita yang menarik disaat berkumpul bersama keluarga, apalagi bila dalam satu keluarga itu ada beberapa orang yang memiliki pengalaman mudik tentu akan ramai karena masing-masing akan menceritakan pengalaman masing-masing yang tentu berbeda-beda.
Meskipun perjalanan mudik adalah perjalanan yang melelahkan namun perjalanan ini pasti sangat bermakna bagi  para pemudik, karenanya kemacetan ataupun segala ketidaknyamanan selama perjalanan tidak menjadi penghalang bagi sebagian masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik. 

Meskipun perjalanan di saat puncak mudik banyak “sensasi”, tapi dua tahun terakhir ini kami sekeluarga melakukan perjalanan dari Bandung ke Salatiga memilih menghindari kemacetan yaitu pada tanggal 1 syawal.  Berangkat dari Bandung sebelum subuh sungguh saat yang paling nyaman karena kondisi fisik cukup fit (krn cukup tidur) dan kondisi jalan sangat lengang sehingga jalanan yang berkelok dapat kami lalui dengan tenang. Sebenarnya pemandangan alam di waktu pagi sepanjang perjalanan cukup bagus untuk ditangkap mata kamera tapi karena konsentrasi pada kendali kemudi maka pemandangan indah tersebut tersebut terpaksa kami lewatkan.

Pada sekitar pukul 05.00 kami berhenti di masjid raya Sumedang untuk melaksanakan sholat subuh, Setelah sholat subuh Mata Kamera mulai beraksi yaitu menangkap interior dan exterior masjid. 

Perjalanan dilanjutkan, sampai di daerah Jatiwangi berhenti lagi di depan Masjid Al Ikhwan untuk sholat Iedul Fitri. Masih cukup longgar waktu untuk persiapan sholat ied, sehingga masih sempat kami mengenakan pakaian sholat yang telah kami persiapkan sebelumnya.

 Setelah sholat Ied perjalanan kami lanjutkan, saat itulah barangkali yang tidak mengenakkan bila 1 syawal masih di perjalanan karena setelah melaksanakan sholat ied tidak bisa menikmati ketupat opor ayam, hanya bekal roti dan snack seadanya yang bisa kami nikmati seusai sholat ied dan sepanjang perjalanan.

Berbekal Makanan, itulah yang perlu dipersiapkan bila ingin melakukan perjalanan pada tanggal 1 syawal, karena sepanjang perjalanan cukup sulit menemukan rumah makan yang cocok dengan selera kita (nyari yang asal saja sulit apalagi yang sesuai selera pasti lebih suelit). Barangkali karena sudah terlatih sebulan penuh nggak makan siang, maka masalah kebutuhan perut ini tidak begitu menjadi masalah, sehingga perjalanan dapat kami tempuh tanpa harus istirahat untuk mengisi perut.

Perjalanan dari Cirebon menuju Jawa Tengah dapat kami tempuh dengan kecepatan yang lebih tinggi karena kondisi jalan raya juga kosong dan lurus namun perlu lebih waspada karena banyak warga setempat yang akan bersilaturrahim dengan sepeda motor maupun berjalan kaki berlalu lalang di sepanjang jalan. 

Banyak pemandangan yang menarik sepanjang perjalanan terutama wilayah Polres Brebes, yaitu baliho dan spanduk dari Polres Brebes sebagai peringatan bagi pengendara kendaraan dengan tulisan yang cukup menarik, seperti ini :




 
















Juga pemandangan menarik seperti ini :

 Sampai di kota Kendal, kami sempatkan singgah di Masjid Kendal untuk sholat dhuhur. Mata kamerapun sempat menangkap beberapa obyek sbb :



 

















Ketika sampai di perkebunan karet di daerah ungaran, sambil refreshing setelah beberapa jam konsentrasi di belakang kemudi kamipun menyempatkan diri  berfoto bersama keluarga


Alhamdulillah perjalanan panjang selama sekitar 11 jam dengan menempuh jarak sekitar 350 km dapat kami lalui dengan selamat tanpa halangan yang berarti selama di perjalanan dan akhirnya sampailah kami di kota SALATIGA.



Cerita lain tentang kegiatan selama mudik akan diungkap oleh Mata Kamera, seputar Salatiga dan tempat lain yang sempat dikunjungi Mata Kamera dan akan disajikan pada judul berikutnya.

Foto & Narasi oleh Nuryahya Tingkir

2 komentar: