Perjalanan mudik tanpa disertai dengan kemacetan, bagi sekelompok orang
mungkin dirasa hambar, tidak menantang dan tidak ada istimewanya. Memang
benar, beberapa kali merasakan mudik
pada saat puncak mudik sangat terasa sekali “istimewanya” mudik, mengendalikan kemudi jarak jauh, jalan macet,
simpang siur kendaraan bermotor terutama kendaraan roda dua yang berjalan tidak
teratur kadang di sisi kiri jalan kadang
di sisi kanan jalan, panas terik yang tidak mampu diatasi dinginnya AC
mobil, pantulan sinar matahari dari kaca
mobil lain, dan sebagainya tentu menjadi pengalaman yang menarik pada saat
mudik yang terjadi sekali setiap tahun.
Pengalaman yang “istimewa”
tersebut tentu menjadi bahan
cerita yang menarik disaat berkumpul bersama keluarga, apalagi bila dalam satu
keluarga itu ada beberapa orang yang memiliki pengalaman mudik tentu akan ramai
karena masing-masing akan menceritakan pengalaman masing-masing yang tentu
berbeda-beda.
Meskipun perjalanan mudik adalah perjalanan yang melelahkan namun perjalanan
ini pasti sangat bermakna bagi para
pemudik, karenanya kemacetan ataupun segala ketidaknyamanan selama perjalanan
tidak menjadi penghalang bagi sebagian masyarakat untuk melakukan perjalanan
mudik.
Meskipun perjalanan di saat puncak mudik banyak “sensasi”, tapi dua tahun
terakhir ini kami sekeluarga melakukan perjalanan dari Bandung ke Salatiga
memilih menghindari kemacetan yaitu pada tanggal 1 syawal. Berangkat dari Bandung sebelum subuh sungguh
saat yang paling nyaman karena kondisi fisik cukup fit (krn cukup tidur) dan
kondisi jalan sangat lengang sehingga jalanan yang berkelok dapat kami lalui
dengan tenang. Sebenarnya pemandangan alam di waktu pagi sepanjang perjalanan
cukup bagus untuk ditangkap mata kamera tapi karena konsentrasi pada kendali kemudi
maka pemandangan indah tersebut tersebut terpaksa kami lewatkan.
Pada sekitar pukul 05.00 kami berhenti di masjid raya Sumedang untuk
melaksanakan sholat subuh, Setelah sholat subuh Mata Kamera mulai beraksi yaitu
menangkap interior dan exterior masjid.
Perjalanan dilanjutkan, sampai di daerah Jatiwangi berhenti lagi di depan
Masjid Al Ikhwan untuk sholat Iedul Fitri. Masih cukup longgar waktu
untuk persiapan sholat ied, sehingga masih sempat kami mengenakan pakaian sholat
yang telah kami persiapkan sebelumnya.
Setelah sholat Ied perjalanan kami lanjutkan, saat itulah barangkali yang
tidak mengenakkan bila 1 syawal masih di perjalanan karena setelah melaksanakan
sholat ied tidak bisa menikmati ketupat opor ayam, hanya bekal roti dan snack
seadanya yang bisa kami nikmati seusai sholat ied dan sepanjang perjalanan.
Berbekal Makanan, itulah yang perlu dipersiapkan bila ingin melakukan
perjalanan pada tanggal 1 syawal, karena sepanjang perjalanan cukup sulit
menemukan rumah makan yang cocok dengan selera kita (nyari yang asal saja sulit
apalagi yang sesuai selera pasti lebih suelit). Barangkali karena sudah
terlatih sebulan penuh nggak makan siang, maka masalah kebutuhan perut ini
tidak begitu menjadi masalah, sehingga perjalanan dapat kami tempuh tanpa harus
istirahat untuk mengisi perut.
Perjalanan dari Cirebon menuju Jawa Tengah dapat kami tempuh dengan
kecepatan yang lebih tinggi karena kondisi jalan raya juga kosong dan lurus
namun perlu lebih waspada karena banyak warga setempat yang akan bersilaturrahim
dengan sepeda motor maupun berjalan kaki berlalu lalang di sepanjang jalan.
Banyak pemandangan yang menarik sepanjang perjalanan terutama wilayah Polres Brebes, yaitu
baliho dan spanduk dari Polres Brebes sebagai peringatan bagi pengendara
kendaraan dengan tulisan yang cukup menarik, seperti ini :
Juga pemandangan menarik seperti ini :
Sampai di kota Kendal, kami sempatkan singgah di Masjid Kendal untuk sholat dhuhur. Mata kamerapun sempat menangkap beberapa obyek sbb :
Ketika sampai di perkebunan karet di daerah ungaran, sambil refreshing setelah beberapa jam konsentrasi di belakang kemudi kamipun menyempatkan diri berfoto bersama keluarga
Alhamdulillah perjalanan panjang selama sekitar 11 jam dengan menempuh jarak sekitar 350 km dapat kami lalui dengan selamat tanpa halangan yang berarti selama di perjalanan dan akhirnya sampailah kami di kota SALATIGA.
Cerita lain tentang kegiatan selama mudik akan diungkap oleh Mata Kamera, seputar Salatiga dan tempat lain yang sempat dikunjungi Mata Kamera dan akan disajikan pada judul berikutnya.
Foto & Narasi oleh Nuryahya Tingkir
mantap ceritanya pak... saya agung isc
BalasHapusmantap ceritanya pak... saya agung isc
BalasHapus