Senin, 01 Desember 2014

Catatan Perjalanan di Banjarmasin



Penjual buah di atas perahu
Kota Seribu Sungai... begitulah ibukota Kalimantan Selatan yakni BANJARMASIN ini mendapat julukan. Julukan tersebut dikarenakan kota Banjarmasin memiliki banyak sungai, dua sungai diantaranya adalah SUNGAI BARITO dan SUNGAI MARTAPURA.

Kedatangan Mata Kamera ke kota Banjarmasin ini adalah kali kedua. sebelumnya memang pernah tetapi tidak sempat menginjak bumi  karena hanya transit ketika akan ke Balikpapan. Kedatangan kali ini sebenarnya belum dapat memuaskan Mata Kamera karena belum punya persiapan yang baik untuk memotret obyek-obyek menarik di Kota Seribu Sungai ini apalagi kedatangan kali ini dalam rangka kegiatan family gathering dengan rekan-rekan sekerja sehingga sangat tergantung pada skedul yang ditetapkan bukan skedul hunting foto.

Meskipun demikian, Mata Kamera selalu mencari dan memanfaatkan waktu yang ada untuk mendapatkan obyek-obyek yang menarik di perjalanan maupun dimana saja yang ada obyek menarik.

Sebagai pembuka berikut ini hasil tangkapan Mata Kamera terhadap obyek-obyek yang menjadi ikon kota Banjarmasin. 
Suasana malam di Sungai Martapura
Suasana malam di Sungai Martapura


Suasana malam di Sungai Martapura
Masjid Sultan Suriansyah
Kapal Besar di Sungai Barito


Pasar Terapung di Sungi Barito.
Antri masuk kapal klotok
Perjalanan ke lokasi pasar terapung di sungai Barito dimulai sejak pukul 04.00 WITA, perlunya berangkat dinihari karena perjalanan memerlukan waktu yang cukup lama dan keterbatasan waktu adanya pasar terapung di Sungai Barito.
Perjalanan menuju pasar terapung dilakukan dengan menggunakan kapal klotok dari dermaga di sungai Martapura. Setelah beberapa saat menyusuri sungai Martapura kemudian masuk ke sungai kecil ke arah sungai Barito. Sepanjang perjalanan di sungai kecil ini pemandangan cukup menarik karena di kanan kiri sungai merupakan perumahan rakyat yang berdiri di atas sungai. Namun pemandangan tersebut baru dapat dinikmati pada saat perjalanan pulang karena pada saat berangkat keadaan masih gelap. Setelah memasuki sungai Barito pemandangan mulai terlihat, kapal besar yang sedang bersandar terlihat, kapal tongkang yang mengangkut batubara terlihat, lalu lalang perahu-perahu nelayan pun menjadi pemandangan yang menarik. Perjalanan menggunakan kapal klotok yang berkapasitas muat sekitar 10 orang di tengah sungai Barito yang sangat lebar seperti perjalanan di lautan karena kapal klotok terlihat kecil bila dibandingkan dengan lebarnya sungai dan adanya kapal-kapal berukuran besar yang ada di sungai Barito.
Kapal bersandar di Sungai Barito

Setelah perjalanan beberapa menit di Sungai Barito, mulai terlihat perahu-perahu kecil yang dikayuh oleh ibu-ibu dengan muatan sayuran & buah-buahan berpapasan dengan kapal klotok yang kami tumpangi, mereka sepertinya dari pasar terapung setelah berbelanja dengan sistem barter (tukar menukar barang). Akhirnya perjalanan kapal klotok tiba di pasar terapung, beberapa perahu kecil dengan muatan barang dagangan seperti buah-buahan, sayuran, kerajinan tangan dsb mendekati perahu klotok kami. Inilah saat yang sangat diharapkan Mata Kamera, peristiwa jual beli di atas perahu yang menjadi ciri khas dan andalan wisata Banjarmasin. Pasar terapung di sungai Barito ini merupakan tradisi yang masih dipertahankan, tidak seperti pasar terapung di tempat lain yang diadakan untuk kepentingan pariwisata.
Pasar Terapung

Penjual Buah

Penjual Cinderamata


Penjual Cinderamata


Penjual Buah


Selain penjual buah-buahan, sayuran dan cinderamata juga ada penjual makanan ringan (gorengan) seperti bakwan, tahu, dsb. Transaksi jual beli makanan ringan ini juga cukup unik karena untuk mengambil makanan dilakukan dengan tongkat yang ujungnya diberi kawat/paku... 

Penjual Nasi & Lauk

Penjual Makanan

Penjual Makanan


Terlihat juga perdagangan dengan sistem barter, yaitu jual beli dengan cara tukar menukar barang tanpa menggunakan uang tunai.

Kehadiran kami ke pasar terapung agak terlambat sehingga jumlah pedagang tinggal sedikit, karena kami lebih mementingkan sholat subuh dulu di masjid sebelum naik ke kapal klotok. Namun demikian Mata Kamera sudah cukup banyak menangkap moment-moment menarik selama di pasar terapung.

Pulau Kembang

Dari pasar terapung perjalanan dilanjutkan ke Pulau Kembang yaitu sebuah pulau kecil yang berada di tengah Sungai Barito yang dihuni oleh banyak kera berekor panjang. Pengunjung sebenarnya bisa masuk ke Pulau tersebut namun perlu hati-hati karena kera-kera tersebut meskipun sudah terbiasa bergaul dengan manusia tetapi terlihat liar merebut makanan yang dibawa pengunjung bahkan bila ada kapal merapat ke dermaga maka kera-kera tersebut berlompatan mencari makanan. 
Kapal klotok yang kami tumpangi tidak merapat ke dermaga sehingga hanya bisa melihat dari jauh tingkah lucu kera-kera yang berebut makanan. Dari atas kapal Mata Kamera dengan lensa kogaku 135 mencoba menangkap tingkah-tingkah lucu kera-kera yang berebut makanan yang dibawa oleh teman-teman kami yang naik ke dermaga.
Monyet Berantem

Loncaaaat

Bukan Pawang Monyet

Bagi-bagi Rejeki

Tidak berlama-lama di Pulau Kembang, maka saatnya untuk meninggalkan Pulau Kembang dan kembali ke hotel. Dalam perjalanan pulang banyak moment menarik tentang aktivitas di rumah-rumah penduduk pada pagi hari, mereka memanfaatkan air sungai yang mengalir dibawahnya untuk keperluan mandi, cuci dsb. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan orang-orang yang lalu lalang di sungai bahkan sepertinya permisive saat Mata Kamera mengarah ke mereka. Selain aktivitas pagi hari di rumah-rumah penduduk, perahu-perahu kecil yang lalu lalang juga menjadi santapan Mata Kamera.







Waja Sampai Kaputing
Bagi bukan orang Banjarmasin barangkali agak aneh mendengar ungkapan Waja Sampai Kaputing. Ungkapan tersebut konon digunakan oleh Pangeran Antasari dan rakyat Kalimantan Selatan dalam perjuangannya melawan penjajah pada saat perang Banjar. Ungkapan tersebut memiliki arti perjuangan hingga tercapai atau bekerja sampai selesai.

Kini ungkapan Waja Sampai Kaputing dijadikan nama museum perjuangan yang berisi peralatan-peralatan yang dipergunakan pada masa perjuangan melawan penjajah, Berikut ini foto-foto tentang situasi lingkungan museum dan situasi di dalam museum yang ditangkap oleh Mata Kamera.





Sasirangan
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar Kalimantan Selatan, kain sasirangan ini memiliki corak khas yang diperoleh dari proses pewarnaan dengan cara diikat untuk mendapatkan motif tertentu. Cukup banyak ragam corak dari kain sasirangan ini... cukup menarik. Kain sasirangan bisa dipergunakan untuk membuat baju laki-laki maupun pakaian perempuan, untuk harga sangat bervariasi tergantung dari bahan kain yang dipergunakan dan kerumitan corak sasirangan.

Kain sasirangan ini juga menjadi ikon kota Banjarmasin sehingga banyak dikunjungi wisatawan. Kain sasirangan dapat diperoleh di galeri atau toko-toko kecil di kawasan Pasar Lama.... Kain sasirangan yang sudah dibuat untuk baju, kaos, tempat tisu, tas dsb sangat cocok apabila dipakai untuk cindera mata karena harganya yang relatif terjangkau dan mudah untuk dibawa.


Kota Martapura


Barangkali banyak yang mengenal Martapura hanya sebagai kota Intan karena di Martapura adalah tempat perdagangan intan dan tempat penggosokan intan ternama di Kalimantan Selatan. Sampai saat inipun perdagangan intan, berlian, batu permata masih menjadi daya tarik pedagang intan dan wisatawan dari berbagai daerah untuk mengunjungi Martapura.




Selain toko-toko yang menjual perhiasan, ada juga toko yang menjual jamu atau minyak untuk keharmonisan keluarga seperti berikut :


Selain terkenal sebagai Kota Intan, Martapura juga mendapat julukan sebagai Kota Santri dan Kota Serambi Mekah, hal ini karena terdapat pesantren Darussalam yang terkenal dan banyaknya santri berpakaian putih yang hilir mudik menuntut ilmu. Mata Kamera sempat memotret Masjid yang sangat indah yaitu Masjid Al Karomah yang menjadi kebanggan kaum muslimin dan muslimat Martapura.



Blusukan ke pasar tradisional
Aktivitas blusukan ke pasar tradisional yang dilakukan Mata Kamera dapat menangkap obyek menarik sebagai berikut :






Kuliner

Soto Banjar sepertinya menjadi sasaran bila mengunjungi kota Banjarmasin, hal ini terlihat begitu ramainya warung soto banjar tempat kami makan siang. Mata Kamera hanya bisa menyajikan foto tentang Soto Banjar, karena Mata Kamera keahliannya hanya foto bukan soto. Beginilah foto tentang Soto Banjar tebak sendiri apa bumbunya dan apa saja isinya.. yang jelas ada daging ayam dan telur ayam.... Selamat menikmati ..




Ketemu Kawan Lama

Ketika di Banjarmasin banyak kami temui hal-hal baru yang sepertinya belum pernah kami temui sebelumnya sehingga perjalanan pertama ke Banjarmasin ini sangat menarik dan berkesan, namun demikian ada satu yang sangat berarti yaitu ketika bertemu dengan sahabat lama saya waktu masih SMP yaitu SUYATNO...puluhan tahun kami tidak pernah bertemu dan tidak ada kontak sama sekali serta tidak ada yang tahu keberadaanya dimana. Namun, sekitar tiga bulan lalu sahabatku mendapat nomor Hpku dan mulai terbukalah komunikasi ... alhamdulillah di Bandara Samsoedin Noor kami dipertemukan... Meskipun hanya sebentar kami bisa bertemu namun pertemuan itu sangat berarti dan menghapus kerinduan dua sahabat yang telah berpisah sangat lama..

 Kembali ke Bandung

Dua malam dua hari kami berada di Banjarmasin, banyak obyek menarik yang kami kunjungi namun pastinya masih banyak yang belum dikunjungi. Kalau pada kunjungan kali ini belum puas, mudah-mudah lain waktu, lain bulan atau lain tahun bisa berkunjung lagi ke Kalimantan Selatan.. yang pasti pada kunjungan berikutnya akan banyak obyek yang disantap oleh Mata Kamera. 

Kalau Mata Kamera hanya bisa membawa pulang foto-foto menarik, lain lagi bagi rekan-rekan yang dibawa pulang ini niiiih ...






Foto & Narasi oleh Nuryahya Tingkir

2 komentar:

  1. Wahhhh...ternyata ada saingannya "Mata Najwa" ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... Mata Najwa & Mata Kamera sama-sama pake "Mata" tapi mungkin beda sudut pandang... kalau Mata Kamera selalu exlpore & sharing keindahan dan keunikan... tapi kalau Mata Najwa silahkan dinilai sendiri..

      Hapus